Sabtu, 11 Juni 2016

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI LAUT TROPIS KELOMPOK MANGROVE

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI LAUT TROPIS
MANGROVE


DISUSUN OLEH :
                             NAMA                 : 
                             STAMBUK          : 


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya Laporan Praktikum Lapang Ekologi Laut Tropis dapat diselesaikan. Walaupun dalam pengerjaannya terdapat beberapa kendala teknis dan non teknis, namun dapat kami atasi.
            Laporan ini berisi keterangan singkat dari pengamatan yang telah dilaksanakan saat mengikuti praktikum di Desa Punaga Kabupaten Takalar. Setiap bab disusun secara sistematis, berisi landasan teori, alat dan bahan yang digunakan dalam praktik, metode kerja serta analisis data yang didapatkan saat melaksanakan praktikum.
            Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

                                                                                     Makassar, 04 Juni 2016


                                                                                               Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1  Latar belakang............................................................................................................... 1
1.2  Tujuan............................................................................................................................ 2
1.3  Tempat dan waktu......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................... 3
          2.1 Ekosistem Mangrove..................................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI........................................................................................................... 8
          3.1 Waktu dan tempat......................................................................................................... 8
          3.2 Alat dan bahan.............................................................................................................. 8
          3.3 Cara kerja...................................................................................................................... 8
BAB IV HASIL PENGAMATAN............................................................................................ 9
BAB V PENUTUP...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 12



BAB I
PENDAHULUAN

1.                  Latar belakang
Konsep ekosistem merupakan suatu yang luas, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari ini dengan cara mengkonsumsi makhluk fotosintesis tersebut diatas. Dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan (Nontji,1987).
Ekosistem mangrove sebagai ekosistem yang berada pada daerah perlaihan antara air daratan dan lautan menerima air dari daratan melalui sungai-sungai air tersebut akan disaring oleh sistem perakaran mangrove lalu menuju ekosistem padang lamun dibantu oleh arus dan gelombang. daun daun pada tumbuhan lamun dapat memperlambat aliran air dan menyaring endapan yang diangkutnya sehingga ekosistem pada lamun air cenderung lebih tenang dan bersih. ekosistem terumbu karang menerima air yang lebih jernih di banding kedua ekosistem sebelumnya. Ekosistem terumbu karang sebagai pelindung bagi ekosistem padang lamun dan ekosistem mangrove dari hempasan gelombang dan arus yang datang dari laut lepas (Bustami,2005).
 Ekologi laut tropis mencakup berbagai macam ekosistem yang berada pada daerah tropis. Aspek yang ditelaah mengenai lamun, terumbu karang, dan mangrove. Interaksi yang terpenting dari ketiga ekosistem tersebut yakni fisik, bahan organic terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna, dan dampak manusia. Struktur dan sifat fisik ketiga ekosistem tersebut saling mendukung. Apabila, ekosistem tersebut terganggu, maka akan menyebabkan ekosistem lainnya terganggu juga. Padang lamun yang berdekatan dengan terumbu karang merupakan padang penggembalaan ikan-ikan karang yang besar (Nybakken,1992).



1.2       Tujuan
1.      Mahasiswa diminta untuk mengamati dan mencatat Karakteristik, jenis, inventarisasi dan manfaat dari masing-masing ekosistem  
2.      Mahasiswa diminta untuk mencatat beberapa jenis mamalia, reptil, ikan karang, crustasea, moluska yang ada disetiap ekosistem
3.      Mahasiswa diminta untuk membandingkan kondisi oseanografi pada setiap ekosistem (lakukan pengukuran/pengamatan kondisi perairan dengan menggunakan alat yang sudah disiapkan berdasarkan parameter yang berpengaruh terhadap setiap ekosistem tersebut

1.3    Tempat dan waktu
Simulasi Praktikum ekologi laut tropis diadakan di desa Putondo Kabupaten Takalar pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2016





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekosistem Mangrove
Mangrove adalah salah satu diantara sedikit tumbuh-tumbuhan tanah timbul yang tahan terhadap salinitas laut terbuka (Odum, 1996). Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Vegetasi mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi, serta kondisi tanah yang kurang stabil. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang paling bervariasi dalam kelompok tumbuhan, struktur dan laju pertumbuhan, serta memiliki nilai ekologis dan sosial ekonomi yang sangat penting (Anonim, 2007).
Menurut Kusmana (2002), pengertian mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove (Anonim, 2007)
Adaptasi pohon mangrove terhadap kadar oksigen yang rendah adalah dengan memiliki bentuk perakaran yang khas, yaitu: (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya Avicennia, spp., Xylocarpus spp., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe penyangga/ tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhizopora spp). Adaptasi pohon mangrove terhadap kadar garam tinggi, yaitu dengan: (1) memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam; (2) berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam; dan (3) daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan. Adaptasi mangrove terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut adalah dengan mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar (Bengen, 2002). Hutan mangrove meliputi pohon-pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Ceriops, Xylocarpus, Lumnizera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam 8 famili (Bengen, 2002).
Sebagian besar besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah yang berlumpur, terutama di daerah dimana endapan lumpur terakumulasi (Chapman, 1977 dalam Rusila, dkk., 1999). Di Indonesia, substrat lumpur ini sangat baik untuk tegakan R. mucronata dan A. marina (Kint, 1934 dalam Rusila, dkk., 1999). Jenis-jenis lain seperti R. stylosa tumbuh dengan baik pada substrat berpasir, bahkan pada pulau karang yang mempunyai substrat berupa pecahan karang, kerang dan bagian-bagian dari Halimeda (Ding Hou, 1958 dalam Rusila, dkk., 1999).
Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27% dari luas mangrove di dunia. Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki keragaman jenis yang tertinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Luas penyebaran mangrove terus mengalami penurunan dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982 menjadi sekitar 3,24 juta hektar pada tahun 1987, dan tersisa seluas 2,50 juta hektar pada tahun 1993. Kecenderungan penurunan tersebut mengindikasikan bahwa terjadi degradasi hutan mangrove yang cukup nyata, yaitu sekitar 200 ribu hektar/tahun. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan konversi menjadi lahan tambak, penebangan liar dan sebagainya (Dahuri, 2002, dalam Anonim, 2007 ).
Pangerang (1998) dalam Taena (2000), menyatakan bahwa komunitas mangrove terdapat pada daerah peralihan yang agak tajam antara lingkungan laut dan darat. Ekosistem ini merupakan salah satu ekosistem yang subur dengan produktifitas tinggi serta merupakan ruang kehidupan biota darat dan laut. Ekosistem mangrove atau bakau merupakan ekosistem yang unik dan memiliki fungsi fisik, fungsi biologi dan ekonomi. Fungsi-fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai pelindung pantai, pengendali banjir, pencegah bahan pencemar, dan pencegah intrusi air garam serta sumber energi dan bahan organik bagi lingkungan sekitarnya.
Vegetasi mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi. Zona vegetrasi mangrove nampaknya berkaitan dengan pasang surut. Beberapa penulis melaporkan adanya zonasi mangrove dengan tinggi rendahnya pasang surut dan frekuensi banjir. Di Indonesia, areal yang selalu digenangi walaupun pada saat pasang terendah umunya didominasi oleh Avicennia alba atau Soneratia alba. Area yang digenangi oleh pasang sedang didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora. Adapun areal yang digenangi hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa kali selama sebulan) umunya didominasi oleh jenis-jenis Bruguiera dan granatum, sedangkan areal yang digenangi hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam sebulan) umumnya didominasi oleh Bruguiera sexangula dan Lumnitzera littorea. Pada umunya, lebar zonasi mangrove jarang melebihi 4 kilometer, kecuali pada beberapa estuari serta teluk yang dangkal dan tertutup (Rusila, dkk., 1999).
Komposisi flora yang terdapat pada ekosistem mangrove ditentukan oleh beberapa faktor penting seperti kondisi jenis tanah dan genangan pasang surut. Di pantai terbuka pohon yang dominan dan merupakan pohon pionir umumnya adalah api-api (Avicennia) dan pedada (Soneratia). Pada tempat yang terlindung dari hempasan ombak komunitas mangrove terutama diungguli oleh bakau R. mucronata atau R. apiculata. Lebih ke arah daratan pada tanah lempung yang agak pejal dapat ditemukan komunitas tajang (Brugueirea gymnoriza). Sejenis paku laut (Acrostichum aureum) dan jeruju (Acanthus ilicifolius) seringkali dapat ditemukan di daerah pinggiran pohon-pohon mangrove sebagai tumbuhan bawah. Nipa (Nypa fruticans) merupakan jenis palma yang juga merupakan komponen mangrove yang acapkali di tepian sungai yang lebih ke hulu. Zonasi tumbuhan mangrove mempunyai variasi pada lokasi yang berbeda (Nontji, 1987).
Ekosistem mangrove merupakan sumber plasma nutfah yang cukup tinggi (misal, mangrove di Indonesia terdiri atas 157 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan rendah, 118 jenis fauna laut dan berbagai jenis fauna darat (Kusmana, 2002 dalam Anonim, 2007).
Komunitas fauna hutan mangrove membentuk percampuran antara dua kelompok, yaitu: (1) kelompok fauna daratan/ terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas insekta, ular, primata, dan burung; (2) kelompok fauna perairan/ akuatik, terdiri atas dua tipe, yaitu yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan dan udang; dan yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis invertebrata lainnya (Bengen, 2000). Kelompok hewan lautan yang dominan dalam hutan mangrove adalah mollusca, yang diwakili oleh sejumlah siput dan bivalvia (Nyabaken, 1992).
Hutan mangrove dan vegetasi yang khas memiliki mata rantai makanan yang mendukung kehidupan berbagai jenis dari makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana hingga tingkat yang kompleks. Dalam rantai makanan ini, penghubung antara produksi primer dan produksi ikan di dalam ekosistem hutan mangrove adalah kelompok konsumen detritus yang terdiri atas ketam, kerang-kerangan, kopepoda, amfipoda, nematoda, larva serangga, dan udang. Binatang-binatang laut ini terdiri hanya sedikit jenis, tetapi jumlah individunya banyak sekali., yang memakan sejumlah besar detritus tumbuh-tumbuhan bersama dengan mikroorganisme lainnya. Konsumen detritus terdiri atas karnivora primer dan ikan-ikan kecil, sedangkan konsumen primer meliputi karnivora besar. berupa ikan-ikan buas yang besar (Odum, 1971 dalam Taena, 2000).
Fauna mangrove menyebar secara menegak maupun mendatar, sebaran menegak berlaku bagi jenis-jenis binatang yang hidupnya di lantai mangrove sampai bivalvia yang melekat pada akar. Batang menyebar dari laut ke arah darat berlaku baik bagi jenis-jenis yang hidup sebagai epifauna maupun infauna (Kartawinata et. al., dalam Taena, 2000). Di kawasan mangrove Indonesia sedikitnya tercatat 80 jenis krustacea, dan 65 jenis mollusca. Sumbangan terpenting hutan mangrove terhadap ekosistem perairan adalah lewat luruhan daunnya yang gugur berjatuhan ke dalam air. Luruhan daun mangrove ini merupakan sumber bahan organik terpenting dalam rantai pakan (food chain) di dalam lingkungan perairan yang bisa mencapai 7-8 ton/ha/tahun (Nontji, 1987).
Menurut Russel and hunter (1983) dalam Taena (2000), jenis-jenis bivalvia yang hidup di hutan mangrove dapat dilihat dari komponen-komponena; (1) umunya bivalvia berasosiasi dengan daerah-daerah estuaria/mangrove; (2) kemampuan bivalvia untuk bertahan hidup di daerah mangrove sebagai suatu habitat pada batas rentang ekologis; (3) bivalvia secara lambat laun dapat menyesuaikan diri dengan sistem yang khas.





BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 juni 2016. Tempat penelitian yaitu di pantai Desa Putondo Kabupaten Takalar.

3.2 Alat dan Bahan
·                     Tali Rafia                    : digunakan untuk membuat transek 10 x 10
·                     Alat Tulis                    : Sebagai alat untuk mencatat data-data yang ada
·                     Mangrove                    : Sebagai media untuk diamati

3.3 Cara kerja
1.                  Membuat transek didaerah ekosistem mangrove dengan menggunakan tali rafia yang         ukurannya 10 m x 10 m.
2.                  Mengamati dan mencatat setiap biota yang terdapat pada transek 10 x 10.
3.                  Mengamati dan mebandingkan kondisi Oseanografi pada ekosistem mangrove




BAB IV
HASIL PENGAMATAN

1.      Jenis : Rhizophora stylosa


 
Sistematika Rhizophora stylosa :
Kingdom         : Plantae
Division           : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Order               : Malpighiales
Family             : Rhizophoraceae
Genus              : Rhizophora
Spesies            : R.stylosa
Rhizophora stylosa merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam tumbuhan tingkat tinggi yang memiliki batang yang kokoh, kebanyakan tegak dan memiliki percabangan. Batang berwarna kecoklatan, permukaan batang tidak rata serta memiliki akar tunjang yaitu akar yang terdapat di atas permukaan tanah dengan pangkal akar berasal dari pangkal batang dan ujung akar menembus tanah dan kuat. Akar berwarna keputih-putihan pada daerah yang tidak dekat dengan permukaan tanah, akar yang dekat dengan permukaan berwarna lebih gelap. Pada umumnya akar tanaman ini cukup tinggi di atas permukaan tanah. Akarnya memiliki penampakan yang kokoh dan kuat serta tidak mudah patah (lentur namun keras).
Letak bunga          
Rhizophora stylosa memiliki daun yang umumnya berwarna hijau agak kekuningan pada pangkal daunnya serta terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam namun tidak terlalu banyak. Memiliki bentuk daun yang elliptical yaitu memiliki bentuk ujung dan pangkal daun yang sama. Apabila daun dilipat pada bagian tengah, akan tegak lurus tulang daun, maka akan didapatkan bentuk simetri daun. Daun single dan terletak sejajar antara daun satu dengan daun yang lain dalam satu tangkai, saling bersisihan atau berseberangan dan memiliki panjang daun antara 10-18 cm.
Bunga pada Rhizophora stylosa termasuk dalam bunga cyme dicotom, yang terdiri dari 16 atau lebih bunga dalam satu tangkai bunga, yang terletak secara aksilar pada cabang bunga. Satu bunga memiliki empat buah mahkota bunga yang berwarna putih. Selain itu juga memiliki empat buah kelopak bunga yang berwarna kuning kehijauan.
Buah dari rhiziphora stylosa berbentuk silindris dengan permukaan buah licin yang mempunyai panjang hingga mencapai 30 cm dan berwarna hijau sampai kekuning-kuningan, tetapi pada bagian pangkal buah berwarna hijau dengan daun hijau menghadap ke atas yang berwarna hijau ke kuningan.
Dari apa yang kami bahas di atas, itu berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan langsung di lapang. Maka setelah kami cocokkan dengan pembahasan yang ada di literature maka semuanya sama tidak ada perbedaan antara yang ada di literatur dengan apa yang kami amati di lapang.
Biota yang hidup di dalam sedimen hutan mangrove antara transek I dan transek II yang telah kami amati di lapangan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Kepiting
2.      Ikan
3.      Tiram
Dengan adanya biota yang hidup di perairan ini, maka terjadi interaksi biologis dalam sistem rantai makanan sehingga membentuk kehidupan. Karena mangrove itu sendiri sebagai produsen primer maka biota yang hidup di dalam ekosistem mangrove itu akan bergantung kepada tumbuhan mangrove itu sendiri. Dan biota tersebut menghasilkan zat hara yang kemudian di serap oleh ekosistem perairan terutama ekosistem mangrove.
Kondisi oseanografi pada ekosistem mangrove tersebut mempunyai pantai yang landai dengan perairan yang jernih dengan tekstur tanah pasir berlumpur



BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
  1. Tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan hayati yang dapat menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis sehingga disebut sebagai produsen primer. Maka dengan adanya seperti ini biota yang hidup di dalam ekosistem ini dapat melakukan proses biologisnya, dari proses biologis tersebut biota ini dapat menghasilkan zat kimi organik yang disebut dengan unsur hara yang kemudian di serap oleh ekosistem mangrove sehingga terbentuk sebuah interaksi.
  2. Kalau ditinjau dari fungsi ekologinya bahwa ekosistem mangrove ini berfungsi sebagai penahan erosi pantai, penstabiliser perairan, mengorangi terjangan arus dari laut lepas menuju pantai, pengikat sedimen yang lunak, tempat berkembangbiak ikan, mencari makan ikan, tempat berlindung ikan, serta membentuk interaksi dengan semua ekosistem laut.
5.2. Saran
1.      Dalam melaksanakan praktikum ekologi laut, seharusnya memilih lokasi yang kita akan amati itu bnar-benar perairannya itu lengkap semua ekosistemnya, agar tidak memakan waktuyang cukup lama.
2.      Kepada praktikan harus benar-benar aktif di dalam praktikum supaya praktikum berjalan dengan lancar dan untuk menghemat waktu.
3.      Kepada asisten supaya benar-benar membimbing dan mendampingi peserta praktikum, untuk memberi arahan-arahan kepada pesertanya.
4.      Kepada asisten praktikum, di usahakan ada sebuah kerjasama antara asisten yang satu dengan yang lainnya supaya tidak ada perbedaan pendapat tentang hasil praktikan yang di berikan oleh peserta praktik.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Sistematika Ceriops Tagal. Diakses dari http://www.wikipedia.com. pada tanggal 26 Juni 2009 pukul 19.30 WIB
Anonim, 2009. Sistematika Lumnitzera Racemosa. Diakses dari http://www.wikipedia.com. pada tanggal 26 Juni 2009 pukul 20.00 WIB
Anonim, 2009. Sistematika Rhizophora Stylosa. Diakses dari http://www.wikipedia.com. pada tanggal 26 Juni 2009 pukul 19.45 WIB
Anonim, 2009. Sistematika Sonneratia Caseolaris. Diakses dari http://www.wikipedia.com. pada tanggal 26 Juni 2009 pukul 20.30 WIB
Badruttamam, 2009. Pengantar Ekologi Laut. Universitas Trunojoyo : Bangkalan Madura
Basmi,  1997. Pertumbuhan dan Produksi Lamun. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor
Indah Wahyu Abida, 2009. Pengantar Biologi Laut I. Universitas Trunojoyo : Bangkalan Madura
Insyafitri,2009. Pengantar Ekologi Laut. Universitas Trunojoyo: Bangkalan Madura