LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
LAUT TROPIS
DISUSUN
OLEH :
NAMA :
STAMBUK :
JURUSAN
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya Laporan Praktikum
Lapang Ekologi Laut Tropis dapat diselesaikan. Walaupun dalam pengerjaannya
terdapat beberapa kendala teknis dan non teknis, namun dapat kami atasi.
Laporan ini berisi keterangan singkat dari pengamatan yang telah dilaksanakan
saat mengikuti praktikum di Desa Punaga Kabupaten Takalar. Setiap bab disusun
secara sistematis, berisi landasan teori, alat dan bahan yang digunakan dalam
praktik, metode kerja serta analisis data yang didapatkan saat melaksanakan
praktikum.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Makassar, 04 Juni 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 Latar
belakang............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................ 2
1.3 Tempat
dan waktu......................................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................... 3
2.1 Ekosistem Mangrove..................................................................................................... 3
BAB
III METODOLOGI........................................................................................................... 8
3.1 Waktu dan tempat......................................................................................................... 8
3.2 Alat dan bahan.............................................................................................................. 8
3.3 Cara kerja...................................................................................................................... 8
BAB
IV HASIL PENGAMATAN............................................................................................ 9
BAB
V PENUTUP...................................................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Konsep ekosistem merupakan suatu yang luas, karena di
dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara
komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak
dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara
komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang
dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak
memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari ini dengan cara
mengkonsumsi makhluk fotosintesis tersebut diatas. Dan begitu selanjutnya
sehingga terbentuk suatu rantai makanan (Nontji,1987).
Ekosistem
mangrove sebagai ekosistem yang berada pada daerah perlaihan antara air daratan
dan lautan menerima air dari daratan melalui sungai-sungai air tersebut akan
disaring oleh sistem perakaran mangrove lalu menuju ekosistem padang lamun
dibantu oleh arus dan gelombang. daun daun pada tumbuhan lamun dapat
memperlambat aliran air dan menyaring endapan yang diangkutnya sehingga
ekosistem pada lamun air cenderung lebih tenang dan bersih. ekosistem terumbu
karang menerima air yang lebih jernih di banding kedua ekosistem sebelumnya. Ekosistem
terumbu karang sebagai pelindung bagi ekosistem padang lamun dan ekosistem
mangrove dari hempasan gelombang dan arus yang datang dari laut lepas
(Bustami,2005).
Ekologi
laut tropis mencakup berbagai macam ekosistem yang berada pada daerah tropis.
Aspek yang ditelaah mengenai lamun, terumbu karang, dan mangrove. Interaksi
yang terpenting dari ketiga ekosistem tersebut yakni fisik, bahan organic
terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna, dan dampak manusia. Struktur
dan sifat fisik ketiga ekosistem tersebut saling mendukung. Apabila, ekosistem
tersebut terganggu, maka akan menyebabkan ekosistem lainnya terganggu juga.
Padang lamun yang berdekatan dengan terumbu karang merupakan padang
penggembalaan ikan-ikan karang yang besar (Nybakken,1992).
1.2 Tujuan
1.
Mahasiswa
diminta untuk mengamati dan mencatat Karakteristik, jenis, inventarisasi dan
manfaat dari masing-masing ekosistem
2.
Mahasiswa
diminta untuk mencatat beberapa jenis mamalia, reptil, ikan karang, crustasea,
moluska yang ada disetiap ekosistem
3.
Mahasiswa
diminta untuk membandingkan kondisi oseanografi pada setiap ekosistem (lakukan
pengukuran/pengamatan kondisi perairan dengan menggunakan alat yang sudah
disiapkan berdasarkan parameter yang berpengaruh terhadap setiap ekosistem
tersebut
1.3 Tempat dan waktu
Simulasi Praktikum ekologi laut tropis diadakan di desa
Putondo Kabupaten Takalar pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekosistem Mangrove
Mangrove adalah salah satu diantara sedikit tumbuh-tumbuhan
tanah timbul yang tahan terhadap salinitas laut terbuka (Odum, 1996). Mangrove
merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis
pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur. Vegetasi mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan
kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi, serta kondisi tanah yang
kurang stabil. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang paling bervariasi dalam
kelompok tumbuhan, struktur dan laju pertumbuhan, serta memiliki nilai ekologis
dan sosial ekonomi yang sangat penting (Anonim, 2007).
Menurut Kusmana (2002), pengertian mangrove adalah suatu
komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas
tersebut di daerah pasang surut. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang secara
alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tergenang pada saat pasang naik
dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah. Ekosistem mangrove adalah
suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove (Anonim, 2007)
Adaptasi pohon mangrove terhadap kadar oksigen yang rendah
adalah dengan memiliki bentuk perakaran yang khas, yaitu: (1) bertipe cakar
ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya Avicennia, spp., Xylocarpus
spp., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2)
bertipe penyangga/ tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhizopora
spp). Adaptasi pohon mangrove terhadap kadar garam tinggi, yaitu dengan: (1)
memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam; (2)
berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan
garam; dan (3) daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi
penguapan. Adaptasi mangrove terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya
pasang surut adalah dengan mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif
dan membentuk jaringan horizontal yang lebar (Bengen, 2002). Hutan mangrove meliputi
pohon-pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia,
Sonneratia, Rhizophora, Ceriops, Xylocarpus, Lumnizera, Laguncularia,
Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam 8
famili (Bengen, 2002).
Sebagian besar besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik
pada tanah yang berlumpur, terutama di daerah dimana endapan lumpur
terakumulasi (Chapman, 1977 dalam Rusila, dkk., 1999). Di
Indonesia, substrat lumpur ini sangat baik untuk tegakan R. mucronata
dan A. marina (Kint, 1934 dalam Rusila, dkk., 1999).
Jenis-jenis lain seperti R. stylosa tumbuh dengan baik pada substrat
berpasir, bahkan pada pulau karang yang mempunyai substrat berupa pecahan
karang, kerang dan bagian-bagian dari Halimeda (Ding Hou, 1958 dalam
Rusila, dkk., 1999).
Luas ekosistem mangrove di Indonesia
mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27% dari luas
mangrove di dunia. Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki
keragaman jenis yang tertinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama
di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Luas penyebaran mangrove
terus mengalami penurunan dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982 menjadi sekitar
3,24 juta hektar pada tahun 1987, dan tersisa seluas 2,50 juta hektar pada
tahun 1993. Kecenderungan penurunan tersebut mengindikasikan bahwa terjadi
degradasi hutan mangrove yang cukup nyata, yaitu sekitar 200 ribu hektar/tahun.
Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan konversi menjadi lahan tambak, penebangan
liar dan sebagainya (Dahuri, 2002, dalam Anonim, 2007 ).
Pangerang
(1998) dalam Taena (2000), menyatakan bahwa komunitas mangrove terdapat
pada daerah peralihan yang agak tajam antara lingkungan laut dan darat.
Ekosistem ini merupakan salah satu ekosistem yang subur dengan produktifitas
tinggi serta merupakan ruang kehidupan biota darat dan laut. Ekosistem
mangrove atau bakau merupakan ekosistem yang unik dan memiliki fungsi fisik,
fungsi biologi dan ekonomi. Fungsi-fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai
pelindung pantai, pengendali banjir, pencegah bahan pencemar, dan pencegah intrusi
air garam serta sumber energi dan bahan organik bagi lingkungan sekitarnya.
Vegetasi mangrove secara khas
memperlihatkan adanya pola zonasi. Zona vegetrasi mangrove nampaknya berkaitan
dengan pasang surut. Beberapa penulis melaporkan adanya zonasi mangrove dengan
tinggi rendahnya pasang surut dan frekuensi banjir. Di Indonesia, areal yang
selalu digenangi walaupun pada saat pasang terendah umunya didominasi oleh Avicennia
alba atau Soneratia alba. Area yang digenangi oleh pasang sedang
didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora. Adapun areal yang digenangi
hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa kali selama sebulan) umunya
didominasi oleh jenis-jenis Bruguiera dan granatum, sedangkan
areal yang digenangi hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa hari
dalam sebulan) umumnya didominasi oleh Bruguiera sexangula dan Lumnitzera
littorea. Pada umunya, lebar zonasi mangrove jarang melebihi 4
kilometer, kecuali pada beberapa estuari serta teluk yang dangkal dan tertutup
(Rusila, dkk., 1999).
Komposisi flora yang terdapat pada
ekosistem mangrove ditentukan oleh beberapa faktor penting seperti kondisi
jenis tanah dan genangan pasang surut. Di pantai terbuka pohon yang dominan dan
merupakan pohon pionir umumnya adalah api-api (Avicennia) dan pedada (Soneratia).
Pada tempat yang terlindung dari hempasan ombak komunitas mangrove terutama
diungguli oleh bakau R. mucronata atau R. apiculata. Lebih ke
arah daratan pada tanah lempung yang agak pejal dapat ditemukan komunitas
tajang (Brugueirea gymnoriza). Sejenis paku laut (Acrostichum aureum)
dan jeruju (Acanthus ilicifolius) seringkali dapat ditemukan di
daerah pinggiran pohon-pohon mangrove sebagai tumbuhan bawah. Nipa (Nypa
fruticans) merupakan jenis palma yang juga merupakan komponen mangrove
yang acapkali di tepian sungai yang lebih ke hulu. Zonasi tumbuhan mangrove
mempunyai variasi pada lokasi yang berbeda (Nontji, 1987).
Ekosistem
mangrove merupakan sumber plasma nutfah yang cukup tinggi (misal, mangrove di
Indonesia terdiri atas 157 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan rendah, 118 jenis
fauna laut dan berbagai jenis fauna darat (Kusmana, 2002 dalam Anonim,
2007).
Komunitas fauna hutan mangrove
membentuk percampuran antara dua kelompok, yaitu: (1) kelompok fauna daratan/
terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas
insekta, ular, primata, dan burung; (2) kelompok fauna perairan/ akuatik,
terdiri atas dua tipe, yaitu yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis
ikan dan udang; dan yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon
mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis
invertebrata lainnya (Bengen, 2000). Kelompok hewan lautan yang dominan dalam
hutan mangrove adalah mollusca, yang diwakili oleh sejumlah siput dan bivalvia
(Nyabaken, 1992).
Hutan mangrove dan vegetasi yang khas
memiliki mata rantai makanan yang mendukung kehidupan berbagai jenis dari
makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana hingga tingkat yang kompleks.
Dalam rantai makanan ini, penghubung antara produksi primer dan produksi ikan
di dalam ekosistem hutan mangrove adalah kelompok konsumen detritus yang
terdiri atas ketam, kerang-kerangan, kopepoda, amfipoda, nematoda, larva
serangga, dan udang. Binatang-binatang laut ini terdiri hanya sedikit jenis,
tetapi jumlah individunya banyak sekali., yang memakan sejumlah besar detritus
tumbuh-tumbuhan bersama dengan mikroorganisme lainnya. Konsumen detritus
terdiri atas karnivora primer dan ikan-ikan kecil, sedangkan konsumen primer
meliputi karnivora besar. berupa ikan-ikan buas yang besar (Odum, 1971 dalam
Taena, 2000).
Fauna mangrove menyebar secara menegak
maupun mendatar, sebaran menegak berlaku bagi jenis-jenis binatang yang
hidupnya di lantai mangrove sampai bivalvia yang melekat pada akar. Batang
menyebar dari laut ke arah darat berlaku baik bagi jenis-jenis yang hidup
sebagai epifauna maupun infauna (Kartawinata et. al., dalam Taena,
2000). Di kawasan mangrove Indonesia sedikitnya tercatat 80 jenis krustacea,
dan 65 jenis mollusca. Sumbangan terpenting hutan mangrove terhadap ekosistem
perairan adalah lewat luruhan daunnya yang gugur berjatuhan ke dalam air.
Luruhan daun mangrove ini merupakan sumber bahan organik terpenting dalam
rantai pakan (food chain) di dalam lingkungan perairan yang bisa mencapai 7-8
ton/ha/tahun (Nontji, 1987).
Menurut Russel and hunter (1983) dalam
Taena (2000), jenis-jenis bivalvia yang hidup di hutan mangrove dapat dilihat
dari komponen-komponena; (1) umunya bivalvia berasosiasi dengan daerah-daerah
estuaria/mangrove; (2) kemampuan bivalvia untuk bertahan hidup di daerah
mangrove sebagai suatu habitat pada batas rentang ekologis; (3) bivalvia secara
lambat laun dapat menyesuaikan diri dengan sistem yang khas.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
Penelitian
ini dilaksanakan pada tanggal 28 juni 2016. Tempat penelitian yaitu di pantai
Desa Putondo Kabupaten Takalar.
3.2
Alat dan Bahan
·
Tali
Rafia : digunakan untuk
membuat transek 10 x 10
·
Alat
Tulis : Sebagai alat
untuk mencatat data-data yang ada
·
Mangrove : Sebagai media untuk
diamati
3.3 Cara kerja
1.
Membuat transek didaerah ekosistem
mangrove dengan menggunakan tali rafia yang ukurannya 10 m x 10 m.
2.
Mengamati dan mencatat setiap biota
yang terdapat pada transek 10 x 10.
3.
Mengamati dan mebandingkan kondisi
Oseanografi pada ekosistem mangrove
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1. Jenis : Rhizophora
stylosa
Sistematika Rhizophora stylosa :
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Malpighiales
Family
: Rhizophoraceae
Genus
: Rhizophora
Spesies
: R.stylosa
Rhizophora stylosa merupakan tumbuhan
yang termasuk ke dalam tumbuhan tingkat tinggi yang memiliki batang
yang kokoh, kebanyakan tegak dan memiliki percabangan. Batang berwarna
kecoklatan, permukaan batang tidak rata serta memiliki akar tunjang
yaitu akar yang terdapat di atas permukaan tanah dengan pangkal akar berasal
dari pangkal batang dan ujung akar menembus tanah dan kuat. Akar berwarna
keputih-putihan pada daerah yang tidak dekat dengan permukaan tanah, akar yang
dekat dengan permukaan berwarna lebih gelap. Pada umumnya akar tanaman ini
cukup tinggi di atas permukaan tanah. Akarnya memiliki penampakan yang kokoh
dan kuat serta tidak mudah patah (lentur namun keras).
Letak bunga
Rhizophora stylosa memiliki daun yang
umumnya berwarna hijau agak kekuningan pada pangkal daunnya serta terdapat
bintik-bintik kecil berwarna hitam namun tidak terlalu banyak. Memiliki bentuk
daun yang elliptical yaitu memiliki bentuk ujung dan pangkal daun yang sama.
Apabila daun dilipat pada bagian tengah, akan tegak lurus tulang daun, maka
akan didapatkan bentuk simetri daun. Daun single dan terletak sejajar antara
daun satu dengan daun yang lain dalam satu tangkai, saling bersisihan atau
berseberangan dan memiliki panjang daun antara 10-18 cm.
Bunga pada Rhizophora stylosa termasuk
dalam bunga cyme dicotom, yang terdiri dari 16 atau lebih bunga dalam satu
tangkai bunga, yang terletak secara aksilar pada cabang bunga. Satu
bunga memiliki empat buah mahkota bunga yang berwarna putih. Selain itu juga
memiliki empat buah kelopak bunga yang berwarna kuning kehijauan.
Buah dari rhiziphora stylosa berbentuk
silindris dengan permukaan buah licin yang mempunyai panjang hingga mencapai 30
cm dan berwarna hijau sampai kekuning-kuningan, tetapi pada bagian pangkal buah
berwarna hijau dengan daun hijau menghadap ke atas yang berwarna hijau ke
kuningan.
Dari apa yang kami bahas di atas, itu berdasarkan
hasil praktikum yang kami lakukan langsung di lapang. Maka setelah kami
cocokkan dengan pembahasan yang ada di literature maka semuanya sama tidak ada
perbedaan antara yang ada di literatur dengan apa yang kami amati di lapang.
Biota yang hidup di dalam sedimen
hutan mangrove antara transek I dan transek II yang telah kami amati di
lapangan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Kepiting
2.
Ikan
3.
Tiram
Dengan adanya biota yang hidup di
perairan ini, maka terjadi interaksi biologis dalam sistem rantai makanan
sehingga membentuk kehidupan. Karena mangrove itu sendiri sebagai produsen
primer maka biota yang hidup di dalam ekosistem mangrove itu akan bergantung
kepada tumbuhan mangrove itu sendiri. Dan biota tersebut menghasilkan zat hara
yang kemudian di serap oleh ekosistem perairan terutama ekosistem mangrove.
Kondisi oseanografi pada ekosistem
mangrove tersebut mempunyai pantai yang landai dengan perairan yang jernih
dengan tekstur tanah pasir berlumpur
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
- Tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan hayati yang dapat
menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis sehingga disebut
sebagai produsen primer. Maka dengan adanya seperti ini biota yang hidup
di dalam ekosistem ini dapat melakukan proses biologisnya, dari proses
biologis tersebut biota ini dapat menghasilkan zat kimi organik yang
disebut dengan unsur hara yang kemudian di serap oleh ekosistem mangrove sehingga
terbentuk sebuah interaksi.
- Kalau ditinjau dari fungsi ekologinya bahwa ekosistem
mangrove ini berfungsi sebagai penahan erosi pantai, penstabiliser
perairan, mengorangi terjangan arus dari laut lepas menuju pantai,
pengikat sedimen yang lunak, tempat berkembangbiak ikan, mencari makan
ikan, tempat berlindung ikan, serta membentuk interaksi dengan semua
ekosistem laut.
5.2. Saran
1.
Dalam melaksanakan praktikum ekologi laut, seharusnya memilih lokasi yang kita
akan amati itu bnar-benar perairannya itu lengkap semua ekosistemnya, agar
tidak memakan waktuyang cukup lama.
2.
Kepada praktikan harus benar-benar aktif di dalam praktikum supaya praktikum
berjalan dengan lancar dan untuk menghemat waktu.
3.
Kepada asisten supaya benar-benar membimbing dan mendampingi peserta praktikum,
untuk memberi arahan-arahan kepada pesertanya.
4. Kepada
asisten praktikum, di usahakan ada sebuah kerjasama antara asisten yang satu
dengan yang lainnya supaya tidak ada perbedaan pendapat tentang hasil praktikan
yang di berikan oleh peserta praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Sistematika Lumnitzera Racemosa. Diakses dari http://www.wikipedia.com. pada tanggal 26 Juni 2009 pukul 20.00 WIB
Anonim, 2009. Sistematika Rhizophora Stylosa. Diakses dari http://www.wikipedia.com. pada tanggal 26 Juni 2009 pukul 19.45 WIB
Anonim, 2009. Sistematika Sonneratia Caseolaris. Diakses dari http://www.wikipedia.com. pada tanggal 26 Juni 2009 pukul 20.30 WIB
Badruttamam, 2009. Pengantar Ekologi Laut. Universitas Trunojoyo : Bangkalan Madura
Basmi, 1997. Pertumbuhan dan Produksi Lamun. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor
Indah Wahyu Abida, 2009. Pengantar Biologi Laut I. Universitas Trunojoyo : Bangkalan Madura
Insyafitri,2009. Pengantar Ekologi Laut. Universitas Trunojoyo: Bangkalan Madura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar